JIKA AKU MENJADI IBU RT MANGKUPALAS
"Bu, makasih banyak ya sudah direpotin, kami pamit pulang". Begitulah biasanya ucapan pamit ketika kami ingin meninggalkan rumah kayu yang terletak tepat di tepi sungai mahakam, tepatnya Rumah Ibu RT 14 Kelurahan Mesjid, Mangkupalas, Samarinda Seberang. Kelurahan tersebut dalam tahap mewujudkan kampung warna-warni yang rencananya akan di realisasikan menjadi kampung wisata ketupat. Lihat saja sekelilingnya, para penduduk bermata pencaharian sebagai pembuat ketupat dan kerajinan hasil pohon kelapa lainnya seperti piring yang dibuat dari lidi sisa pembuatan ketupat. Diketahui proyek kampung wisata ketupat belum bisa berjalan karena masih mencari pemegang proyek. Yah, mudah-mudahan saja dapat terealisasi, namun yang kukhawatirkan setelah melihat cuplikan video di youtube yang ditunjukan Ibu RT yaitu jangan sampai proyek ini mengesampingkan masyarakat disekitar sana. Kulihat ada perapian tata ruang pinggir sungai, lantas bagaimana masyarakat yang sudah menempati pinggiran tersebut. Pembangunan ini harus bisa memperhatikan aspek dari dampak yang akan terjadi ke masyarakat. Kulihat dari antusiasme ibu RT dengan menunjukkan desain tersebut, sepertinya beliau juga sependapat ini merupakan ide yang baik untuk kedepannya bagi masyarakat kelurahan mesjid. Bahkan ibu RT menjelaskan banyaknya perhatian pemerintah dengan kelurahan mesjid, Samarinda Seberang seperti mendapat jatah 30 rumah untuk dilakukan bedah rumah.
Jika aku menjadi Ibu RT |
Ibu Syamsiah namanya. Kuingat saat aku menanyakan nama beliau pada saat menjadi koordinator acara Musyawarah Kerja Wilayah Kalimantan 2017 yang pada saat itu diselengggarakan di rumah beliau dan nampak sekali namanya terpajang di dinding ruang tamu pada beberapa sertifikat yang beliau dapatkan. Keyakinanku bertambah bahwa beliau aktif dalam pemerintahan khususnya menjabat sebagai ketua RT dengan melihat beberapa sertifikat yang didapatkan dari kegiatan-kegiatan yang telah beliau ikuti. Belum lagi tulisan "Posyandu Pesut" di teras rumah beliau yang membuktikan kepada ku bahwa banyak sekali kegiatan yang terfasilitasi di rumah beliau selain menjadi salah satu tempat titik aksi Unmul Mengajar. Kegiatan-kegiatan yang terlaksana di rumah beliau tersebut membuktikan bahwa beliau peduli akan kegiatan-kegiatan positif demi mensejahterakan masyarakat di sekitar tempat tinggalnya.
Tampak Depan Rumah Ibu RT |
Unmul Mengajar merupakan salah satu proyek sosial Kementerian Sosial Masyarakat BEM KM Unmul. Unmul Mengajar bergerak di bidang pendidikan dan bermisi untuk membantu anak-anak di Kota Samarinda dalam hal pendidikan serta memperbaiki moral anak-anak agar menjadi penerus generasi yang berkarakter. Titik aksi Unmul Mengajar, yaitu di Batu Cermin, Mangkupalas, dan Selili. Dengan misi mendidik adik-adik belum sekolah, PAUD, TK, SD, hingga SMP, Unmul Mengajar menjadi daya tarik anak-anak khususnya di Mangkupalas. Semua kegiatan itu bermula dengan menemukan RT 14 Kelurahan Mesjid Mangkupalas, Samarinda Seberang bak mencari harta karun tersembunyi di Kota Samarinda. Kemudian berbekal keyakinan serta niat tulus membantu dan mengabdi, mulailah silahturahmi dengan Ibu RT Mangkupalas. Kuingat saat itu Kwartanti sebagai Project Officer Unmul Mengajar 2016 menceritakan proses penemuan rumah Ibu RT tersebut kepadaku dan dia bersama kawan-kawan lainnya berniat untuk menambah titik aksi baru tanpa meninggalkan titik aksi lama di Batu Cermin. Kwartanti bercerita bahwa Ibu RT menerima mereka dan berharap banyak kepada teman-teman Unmul Mengajar dalam mengadakan kegiatan membina anak-anak di sana. Bahkan Ibu RT memfasilitasi tempat serta membantu mengundang anak-anak di sekitar sana untuk datang ke kegiatan UNJAR. Begitulah kisahnya, bak gayung bersambut UNJAR pun berhasil melaksanakan aksi pada satu tahun kepengurusannya dan Ibu RT bahkan menanyakan apakah kegiatan ini akan terus berlanjut kedepannya. Kwartanti bercerita kepadaku dalam keadaan senang, kuingat dia melontarkan bahwa Ibu RT sangat antusiasme terhadap kegiatan UNJAR yang bertempat di teras rumah beliau setiap sabtu-minggu sore. Nampak teringat di bayangan ketika aku juga sering berkunjung melihat proses kegiatan UNJAR disana, Ibu RT sering menyajikan makanan sebelum kami pulang kerumah setelah selesai berkegiatan tepatnya jam 18.00 wita setelah dilakukannya evaluasi para pengajar. Bahkan tak tanggung-tanggung nasi beserta lauk-pauk yang enak. Rasanya seperti tamu yang di muliakan.
Ibu RT bukanlah orang suka berdiam diri dalam hal pekerjaan. Bahkan beliau bisa dikatakan "wonder women" yang memiliki segudang pekerjaan. Kulihat Ibu RT berjualan sembako di samping rumahnya, kemudian sambil menjaga warung beliau menganyam ketupat dan piring. Terkadang Ibu RT pergi ke kota Samarinda untuk melakukan berbagai urusan sendiri. Sehingga meninggalkan rumahnya dan mempercayakan rumahnya kepada kami. Ibu RT tak segan-segan merelakan rumahnya seperti rumah kami sendiri. Kami dapat keluar masuk dengan bebas bahkan menggunakan fasilitas rumahnya.Dengan sukarela beliau memberikan fasilitas tersebut. Dan selalu, ketika kami berkata "maaf bu banyak merepotkan", ibu selalu membalasnya dengan "Tidak apa-apa, biasa saja itu". Subhanallah, betapa baiknya Ibu RT, bahkan beliau tidak pernah menolak apa yang kami ingin butuhkan seperti meminjam rumahnya untuk menginap dalam mempersiapkan kegiatan Ruang Inspirasi UNJAR, mengundang anak-anak di sekitar sana ketika kami mau membuat kegiatan di luar aksi sore di akhir pekan, bahkan melakukan Musyarawarah Kerja Wilayah Forum Nasional Sosial Masyarakat Wilayah Kalimantan dan terkahir adalah Camp Wilayah FORNAS SOSMAS Kalimantan yang sudah terselenggara 28 Oktober 2017 ini.
Suasana Musyawarah di Rumah Ibu RT |
Sebuah gagasan dan idealisme tidak mengenal batas ruang dan waktu. Banyak gagasan-gagasan yang terlahir di rumah Ibu RT. Jelas saja, FORNAS SOSMAS telah mengundang universitas di Kalimantan untuk hadir dalam merencanakan gagasan kedepan dalam sosial masyarakat. Begitu banyak gagasan dan konsep yang telah dibentuk. Walaupun hanya dihadiri oleh STIKES Muhammadiyah yang sekarang berganti nama UMKT. Namun, nampak jelas warna almamater yang telah menghiasi rumah Ibu RT. Gagasan yang dibentuk pun merupakan gagasan dalam membantu masyarakat. Begitu bangga aku ketika menjadi Ibu RT. Naungan yang beliau berikan, sangat berperan dalam membantu kami menjalankan kegiatan sosial. Rumah Ibu RT merupakan saksi bisu awal dari pergerakan sosial. Tak dapat dipungkiri sebuah pergerakan sosial lahir dari rumah ini. Tak hanya itu, betapa lantai kayu dan atap rumah ini penuh dengan perasaan kebaikan yang tulus dalam membantu masyarakat sekitar, selain dari membantu anak-anak dalam bidang pendidikan juga membantu anak-anak di bidang kesehatan dalam kegiatan posyandu yang diselenggarakan di sana. Begitu banyak kebaikan yang mengalir dari Ibu RT sehingga tempat tinggalnya pun penuh dialiri kebaikan yang tiada henti. Pekerjaan beliau walaupun dikatakan banyak orang sebagai pekerjaan urutan terkecil dalam struktur pemerintahan yang memiliki gaji kecil dan bukan merupakan cita-cita pekerjaan yang disukai orang-orang, bahkan anak kecil pun tidak pernah terpikirkan menjadi seorang Rukun Tetangga adalah sebuah cita-cita. Akan tetapi, ternyata pekerjaan menjadi seorang Rukun Tetangga dapat membantu banyak orang khususnya daerah tempat tinggal kita serta menjadi ladang pahala bagi diri. Banyak orang berpikir menjadi seorang Rukun Tetangga hanya akan berkutat pada urusan mengeluarkan surat-surat administrasi yang dibutuhkan warga, namun dalam pelaksanakan kegiatan-kegiatan yang mendukung kesejahteraan msyarakat sekitarnya tidak banyak orang yang bisa peduli. Begitulah yang kulihat dari sosok Ibu RT Mangkupalas selalu membantu masyarakat dan membuka lebar-lebar pintu rumahnya untuk siapapun yang datang membawa kegiatan positif.
Suasana Makan Bersama Ketupat Sayur |
Ibu Syamsiah bagaikan Ibu kami. Seperti anak-anaknya, beliau selalu memperhatikan kami saat kami berkegiatan. Makanan yang sangat spesial disajikan Ibu RT yaitu Ketupat Sayur yang selalu dinikmati. Makan bersama-sama itulah suasana kehangatan yang kami rasakan saat disana, suara angin yang menerpa arus sungai sangat merdu mengalun ditelinga ketika kita memandang ke arah sungai yang letaknya langsung berhadapan di rumah Ibu RT. Ibu RT benar-benar mendukung kami dan tak pernah lelah melayani kami dan juga msyarakat. Pekerjaan yang beliau jalani sangatlah mulia. “Akankah aku menjadi seorang RT?”. Kepedulian beliau merupakan refleksi diri bahwa pekerjaan yang dilakukan dengan sungguh-sungguh adalah sebuah pekerjaan yang mulia dan penuh dengan kebaikan apapun itu jenis pekerjaannya. Entah itu pekerjaan yang ringan atau pun pekerjaan berat. Sungguh, peran Ibu RT sangatlah penting dalam kelangsungan pergerakan kami. Naungan yang beliau pinjamkan banyak melahirkan gagasan penting dalam pembangunan negeri di Kalimantan dalam dunia sosial masyarakat. Terakhir, kami mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar-besarnya atas bantuan dan kerepotan yang telah kami perbuat. Jika aku menjadi Ibu RT, aku bersyukur dan bangga bahwa pekerjaan ini sungguh mulia.
Ibu RT Panutan Kami |
Komentar
Posting Komentar